Sabtu, 28 Agustus 2010

Perkosaan di Penjara Iran & Hadis yang Menghalalkannya
by pod-rock » Wed Sep 09, 2009 4:19 am

Perkosaan di Penjara2 Iran
Oleh: Jahanshaha Rashidan


Perlakuan Iran terhadap Perawan yang Dipenjara: PERKOSA lalu BUNUH!

Bagaimana tawanan, lelaki dan perempuan, di penjara2 di Iran secara sistematis diperkosa atas perintah Ayatollah & didasarkan pada Sunnah Nabi mengenai pemerkosaan tawanan, khususnya tawanan wanita…

------------

Sejak lahirnya rejim Islam di Iran tahun 1979, pemerkosaan tawanan politik semakin sering dilakukan meski jarang dilaporkan. Tapi akhir2 ini banyak korban berani mengungkapkan perkosaan yg mereka alami. Apalagi setelah pemilu 2009 yg kontroversial, dimana kandidat presiden yg kalah, Mehdi Karrubi, mengungkapkan bahwa pria dan wanita yg ditangkap selama demo2 protes setelah pemilu tsb, secara sistematis diperkosa dengan sadis.

Setelah ditaklukkannya Persia kuno oleh muslim arab tahun 644, jutaan wanita iran diperkosa, diperbudak dan dikirim sebagai tawanan perang utk kemudian dijual dipasar budak dalam teritori Arab-islam. Kata bahasa Persia ‘Tajovoz’ tidaklah hanya berarti ‘perkosa’ yg mana seorang lelaki menguasai atau mencuri istri orang, tapi juga berarti penghancuran dan perusakan lingkungan milik seseorang oleh penjajahnya. Dalam sebuah sistem kepercayaan dimana bocah wanita 9 tahun bisa diperkosa oleh ‘suaminya’ sendiri, perkosaan, dalam pengertian sebuah masyarakat patriarki yg mengontrol kaum wanita yg diperkenalkan orang2 Arab Islam ini mengandung elemen penakluk, penghina dan perusak budaya Iran. Sejak dikuasai oleh muslim arab, wanita2 Iran, yg sebelumnya sejajar dengan kaum lelaki Iran, sejak saat itu hanya dianggap sbg harta milik kaum lelaki, pertama milik ayahnya, lalu milik suaminya. Dalam kasus2 perkosaan di Iran yg Islami itu, kaum wanita selalu dituduh sbg biang keroknya dan mengalami penghinaan lebih besar dibanding pemerkosanya sendiri.


Pemerkosaan Tawanan Wanita

Tidak lama setelah revolusi Iran tahun 1979, banyak kaum intelektual, aktivis politik dan simpatisan para Mullah golongan kiri ditangkap dan dihukum mati. Tawanan yg masih perawan umumnya diperkosa terlebih dahulu sebelum dihukum mati. Alasan pemerkosaan itu sejalan dengan tafsir Hukum Islam dari rejim tsb, membunuh wanita perawan dilarang, karena jiwa sang perawan langsung masuk surga, tidak masuk neraka, sesudah matinya. Utk mengatasi dilemma ini, malam sebelum dihukum mati, sang perawan dinikahkan dengan salah satu penjaga dan malamnya ditiduri (baca: diperkosa), lalu besoknya dihukum mati. Pihak penginterogasi rejim mullah ini secara rutin memakai perkosaan sebagai alat utk menyiksa dan menarik informasi, pengakuan atau semata-mata hanya utk mempermalukan si tawanan.


Pemerkosaan tawanan Laki-laki

Perkosaan ini umumnya berupa sodomi dgn penis atau benda lain seperti yg dilaporkan oleh pihak korban. Karena tradisi disana utk tidak menggembar-gemborkan perkosaan seperti ini, maka lelaki yg diperkosa hingga saat ini belum secara resmi terlaporkan di Iran. Budaya patriarki spt itu menuntut para kaum lelaki agar maskulin, kuat dan mampu melindungi diri. Maka, sangat parah/memalukan, bagi lelaki yg memiliki harga diri utk mengakui bahwa ia diperkosa. Padahal anak laki2 yg menyembunyikan perasaannya setelah diperkosa akan menderita luka psikologis yg dalam, belum lagi depresi. Juga, karena si korban malu utk mengakuinya, mereka menghindar dari pelayanan medis utk mengobati luka2 fisik akibat perkosaan tsb.

Ijin ‘Allah’ utk memperkosa, termasuk memperkosa lelaki, baru2 ini dikeluarkan oleh Ayatollah Mesbah Yazdi, guru dari Presiden Ahmadinejad. [Otoritas islam biasanya menyanggal bahwa terjadi perkosaan didalam penjara mereka, mereka takut akan reaksi keras dari masyarakat, baik didalam maupun diluar negeri.]

Dalam sebuah wawancara dalam pertemuan Jamkaran setelah “Ijin memperkosa” dikeluarkan, Mesbah Yazdi ditanya: ‘Bisakah seorang interogator memperkosa tawanan agar bisa mendapat pengakuan?’ Dia menjawab:

Tindakan pertama yg perlu dilakukan sang interogator adalah melakukan ritual Wudhu, lalu ketika memperkosa sang tawanan ia harus melakukannya sambil merapalkan doa. Jika tawanan itu wanita, boleh memperkosa lewat vagina atau anus. Sebaiknya tidak ada saksi yg hadir. Jika tawanan lelaki, maka boleh ada yg orang lain yg menyaksikan ketika pemerkosaan terjadi.

Zahra Bani Yaghoub, Azar Al Cana’an dan Roya Toloui adalah beberapa tawanan wanita yg diperkosa dan dibunuh dibawah rejim islam Iran. Dua orang remaja wanita, Tahmineh Mousavi dan Saeedeh Pour Agha’i terekam media sbg dibakar waktu pihak rejim mencoba menutup-nutupi ‘kejahatan sadis’ ini.


Zahra Bani Yaghoub


Roya Toloui


Azar Al Cana’an

Utk mendukung keputusan sang Ayatollah Mesbah Yazdi utk mengijinkan perkosaan, ia menunjuk pada Sunnah Rasul yang disebut 'Ghazawat’, dimana muslim awal dijaman Nabi melakukan banyak perampokan dan penjarahan, mereka menyerang suku2 ‘kafir’; membunuh kaum pria, merampok harta milik mereka dan mengambil kaum wanita utk diperkosa dan dibawa kesuku mereka sebagai budak.


Ayatollah Mesbah Yazdi

Toleransi atas kebrutalan demikian dalam islam mungkin tidak secara umum dipercaya oleh muslim; kebanyakan menganggapnya hanya sebagai mitos belaka ataupun pola pikir sebuah rejim brutal.

Dalam sebuah analisa psikologis terakhir mengenai perkosaan, pemerkosa umumnya datang dari sebuah sub budaya yg penuh kekerasaan dimana nilai2 hidup mereka berbeda dari masyarakat umumnya. Seorang pemerkosa sering kurang pendidikan dan berasal dari strata sosio ekonomi yg rendah, punya catatan kriminal. Dg demikian orang seperti itu mungkin harus mendemonstrasikan kekuatan dan maskulinitas mereka dalam sebuah sikap yang brutal dan anti sosial. TAPIi dalam kasus pemerkosaan dipenjara2 Mullah, hal2 tersebut tidaklah menjadi faktor yg dominan.

Pemerkosa dipenjara Mullah tidaklah harus seorang penyiksa yg psikopat dan anti sosial, tapi umumnya adalah muslim ‘SALEH’, seorang suami, seorang bapak yg baik bagi anak2nya. Mereka hanya mengikuti petunjuk ‘Ilahi’, tidak menganggap perkosaan tersebut sebagai tindakan kriminal dan tidak merasa menyesal setelah melakukannya. Kenapa ? Karena para pemerkosa2 ini hanya bertindak atas perintah atau ijin mereka yg paling tahu Islam di negeri itu, yakni pihak alim ulama.

Pemerkosaan dipenjara Mullah bukanlah keputusan satu orang interogator belaka, seperti yg selama ini diberitakan demikian; tapi sebuah proses sistematis didasari oleh sebuah sistem kepercayaan keji dan mengusung sebuah agenda politik. Dipenjara para Mullah, perkosaan2 seringkali direncanakan. Motif utamanya bukanlah seksual. Mereka menganggap perkosaan tsb sebagai kewajiban rutin, karena sudah diperintahkan oleh Ulama islam tingkat tinggi seperti Ayatollah Mesbakh Yazdi, dan diterima diseluruh rejim mullah. Dengan pola pikir demikian, tindakan perkosaan itu bukanlah semata-mata sebuah pertanyaan psikokriminalitas tapi adalah sebuah kejahatan yang dibenarkan.
pod-rock
Translator

Posts: 815
Joined: Tue Nov 28, 2006 1:25 pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar